Menjelang peluncuran iPhone 17 yang dinanti-nantikan, gambar render dari seri andalan Samsung berikutnya, Galaxy S26, telah muncul ke permukaan. Kemunculan render ini seolah menjadi sinyal persaingan sengit yang akan datang, di mana Samsung tampaknya siap mengubah formula desainnya untuk menantang dominasi Apple.
Pada tanggal 6 September waktu setempat, media teknologi internasional Smartprix merilis serangkaian gambar render berbasis CAD yang menampilkan tiga model dari seri Galaxy S26: Galaxy S26 Pro (nama tentatif), Galaxy S26 Edge, dan Galaxy S26 Ultra. Bocoran ini memberikan gambaran awal mengenai strategi desain yang akan diusung Samsung untuk ponsel andalannya yang dijadwalkan rilis pada awal tahun depan.
Desain Baru dan Peningkatan Spesifikasi
Perubahan paling signifikan pada seri Galaxy S26 terletak pada desain bagian belakang, terutama pada modul kameranya. Untuk model paling terjangkau, Galaxy S26 Pro, terlihat adanya camera island berbentuk oval yang membungkus tiga lensa kamera yang disusun secara vertikal. Perubahan ini diperkirakan sebagai solusi untuk mengakomodasi komponen kamera seiring dengan menipisnya bodi ponsel dari 7,2 mm menjadi 6,7 mm. Meskipun lebih ramping, Galaxy S26 Pro dilaporkan akan membawa peningkatan kapasitas baterai menjadi 4.300 mAh (naik 300 mAh) dan dilengkapi cincin magnetik untuk pengisian daya nirkabel Qi2.
Sementara itu, Galaxy S26 Edge, yang dikenal sebagai model super tipis, akan memiliki ketebalan hanya 5,5 mm, atau 0,3 mm lebih tipis dari pendahulunya. Konsekuensinya, tonjolan (bump) kamera menjadi jauh lebih lebar, mengadopsi desain “Camera Bar” yang sebelumnya juga terlihat pada render iPhone 17. Desain ini mengindikasikan adanya perubahan tata letak modul internal. Total ketebalan S26 Edge termasuk tonjolan kamera diperkirakan mencapai 10,8 mm, dengan baterai yang juga meningkat menjadi 4.300 mAh (naik 400 mAh).
Model tertinggi, Galaxy S26 Ultra, juga akan mendapatkan tonjolan kamera baru yang melingkupi kamera utama 200 MP, kamera ultra-wide 50 MP, dan kamera telefoto 3x zoom. Sudut-sudut bodinya yang sebelumnya tajam kini dirancang lebih membulat, memberikan siluet yang lebih ergonomis. Dimensi keseluruhannya adalah 163,4 × 77,9 × 7,8 mm, membuatnya 0,4 mm lebih tipis dari model saat ini, yang kemungkinan besar akan meningkatkan kenyamanan genggaman. Penipisan ini diduga kuat berkat penerapan teknologi CoE (Color-on-Emitter) yang menghilangkan lapisan polarizer dari panel layar. Selain itu, S26 Ultra akan dibekali layar AMOLED 6,9 inci dengan lapisan anti-refleksi (AR) generasi ketiga dan baterai 5.000 mAh yang mendukung pengisian daya kabel hingga 60W.
Dominasi Pasar: Saat Aturan Tak Tertulis Mulai Goyah
Selama bertahun-tahun, industri ponsel pintar memiliki sebuah hukum tak tertulis: “Samsung di paruh pertama, Apple di paruh kedua.” Pola ini terjadi karena Samsung biasanya merilis seri Galaxy S pada kuartal pertama, sementara Apple meluncurkan iPhone baru pada bulan September. Data dari lembaga riset pasar Counterpoint Research mengonfirmasi pola ini. Pada kuartal pertama 2024, Samsung memimpin pasar global dengan pangsa 20,0%, mengungguli Apple (17,0%), berkat kesuksesan Galaxy S24 yang terjual 34,66 juta unit hingga November. Namun, setelah peluncuran iPhone 16 pada bulan September, Apple merebut kembali takhtanya pada kuartal keempat dengan pangsa pasar 23,0% melawan Samsung yang turun ke 16,0%.
Namun, tahun ini, dinamika pasar menunjukkan tanda-tanda perubahan. Momentum kuat yang dibangun Samsung di paruh pertama tahun ini diprediksi dapat berlanjut dan mengancam dominasi Apple di paruh kedua.
Momentum Samsung Menguat di Berbagai Negara
Perubahan signifikan terlihat dari pergeseran preferensi konsumen, terutama di kalangan anak muda. Survei yang dilakukan oleh Gallup Korea pada bulan Juli menunjukkan bahwa minat konsumen usia 18-29 tahun untuk membeli ponsel Galaxy meningkat dari 36,0% pada Juli 2024 menjadi 46,0% pada Juli 2025. Sebaliknya, minat terhadap iPhone turun dari 60,0% menjadi 50,0%. Kesenjangan preferensi yang sebelumnya mencapai 24,0% kini menyusut drastis menjadi hanya 4,0%. Citra Galaxy yang dulu dianggap sebagai “ponsel orang tua” kini mulai berubah menjadi lebih “keren” berkat inovasi fitur dan strategi pemasaran yang trendi.
Kenaikan Samsung juga terasa di pasar internasional. Di Jepang, pangsa pasar Samsung naik 3,0% dari tahun sebelumnya menjadi 10,0% pada kuartal kedua tahun ini, mengangkat posisinya dari peringkat kelima ke ketiga. Meskipun Apple masih mendominasi dengan 49,0%, pencapaian ini luar biasa mengingat Samsung selama bertahun-tahun kesulitan menembus pasar Jepang.
Perubahan paling dramatis terjadi di “kandang” Apple, Amerika Serikat. Menurut data dari Canalys, pangsa pasar Samsung di AS melonjak dari 23,0% pada kuartal kedua tahun lalu menjadi 31,0% pada periode yang sama tahun ini. Sebaliknya, pangsa pasar Apple turun dari 56,0% menjadi 49,0%. Dalam setahun, selisih keduanya menyempit dari 33,0% menjadi 18,0%. Ini adalah pertama kalinya Apple mengalami penurunan sebesar ini di pasar dalam negerinya sendiri sejak iPhone pertama kali diluncurkan.
Apple di Persimpangan Jalan
Dengan peluncuran iPhone 17 yang sudah di depan mata, Apple kini berada di persimpangan jalan. Pertanyaan utamanya adalah, mampukah Apple dengan produk barunya mematahkan momentum kuat Samsung dan mempertahankan “hukum paruh kedua”? Selain itu, pasar juga menantikan apakah Apple akan mengubah strateginya yang selama ini enggan memberikan diskon besar, terutama setelah melihat kesuksesan kampanye potongan harga di Tiongkok dan perubahan regulasi telekomunikasi di Korea Selatan yang membuka peluang pemasaran yang lebih agresif. Persaingan antara kedua raksasa teknologi ini menjadi semakin sengit, dan babak selanjutnya akan segera dimulai.